Ekonom: Pasar menantikan proyeksi ekonomi AS, FFR diperkirakan tetap
Kami melihat The Fed akan cenderung mempertahankan FFR pada Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Juni ini.
Jakarta (ANTARA) – Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank Faisal Rachman mengatakan, para pelaku pasar menantikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dalam FOMC Juni 2025, dengan ekspektasi Fed Funds Rate (FFR) tetap di kisaran 4,25-4,50 persen.
“Kami melihat The Fed akan cenderung mempertahankan FFR pada Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Juni ini. Namun yang ditunggu adalah proyeksi ekonomi AS terbaru dari FOMC kali ini,” kata Faisal saat dihubungi, di Jakarta, Senin.
Faisal menilai, tekanan perang dagang pada ekonomi AS kemungkinan akan berkurang sejalan dengan perkembangan positif terkait hasil negosiasi dagang antara AS dan mitra dagangnya.
Sehingga, kata dia lagi, risiko resesi di AS akan berkurang yang pada ujungnya menurunkan kebutuhan untuk memotong FFR secara agresif meski tekanan inflasi di AS juga ikut berkurang.
“Market melihat The Fed masih akan mempertahankan proyeksinya untuk pemotongan FFR tahun ini sebesar 50bps,” ujar Faisal.
Terkait ketegangan antara Israel-Iran, Faisal menambahkan bahwa ketidakpastian di Timur Tengah yang meningkat baru-baru ini akan menimbulkan risiko pada inflasi terutama dari sisi inflasi energi.
Akan tetapi, ekonom PermataBank melihat kemungkinan eskalasi di Timur Tengah akan mereda pada jangka menengah, di tengah keputusan AS untuk tidak ikut campur secara langsung dan mencari solusi de-eskalasi konflik Israel-Iran. Hal ini tentu akan berdampak baik pada harga minyak.
Untuk kebijakan moneter bank sentral lainnya, PermataBank melihat Bank Indonesia (BI), Bank of Japan (BoJ), Bank of England (BoE), dan People’s Bank of China (PBoC) juga akan cenderung mempertahankan suku bunga kebijakannya di tengah ketidakpastian global yang sedang meningkat.
“Kami melihat banyak bank sentral yang akan lebih melakukan wait-and-see di tengah kembali naiknya gejolak ketidakpastian global ini,” kata dia pula.
Sedangkan dari sisi domestik, PermataBank melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan berada di bawah 5 persen.
Dengan masih berlangsungnya ketidakpastian global, maka risk off sentiment pada kegiatan investasi dan ekspansi sektor riil akan terus berlanjut yang pada akhirnya akan menekan pertumbuhan ekonomi.
“Jika sentimen perang dagang dan geopolitik dapat segera berakhir, maka ada peluang untuk ekonomi Indonesia dapat terakselerasi dan kembali ke kisaran 5 persen,” kata Faisal.
Sebagai informasi, Bank Sentral AS atau The Fed akan melangsungkan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17-18 Juni 2025 waktu setempat. Dalam pertemuan ini, The Fed juga akan merilis proyeksi ekonomi.
Sebelumnya pada FOMC Maret 2025, The Fed memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk 2025 menjadi 1,7 persen atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,1 persen.
Suku bunga acuan AS (FFR) saat ini berada pada kisaran 4,25-4,50 persen yang diputuskan The Fed pada FOMC Mei 2025, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Sementara dari dalam negeri, BI akan melangsungkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Juni 2025. Pada RDG bulan lalu, BI telah menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,50 persen.
Baca juga: BI ungkap alasan pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI
Baca juga: Apindo ungkap alasan OECD pangkas proyeksi ekonomi RI
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Recent Comments