ESDM Bingung dengan Target Bauran EBT 23 Persen Warisan Era SBY
Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan jajarannya disebut heran dengan target bauran energi baru terbarukan (EBT) warisan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ini diungkap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Parada Hutajulu yang mengaku tak tahu alasan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di 2025.
“Jadi, ini dulu saya gak tau Pak Menteri (Menteri ESDM Arifin Tasrif) juga gak (tahu), kita-kita gak tahu kenapa melalui percentage (bauran EBT 23 persen). Sampai ditelusuri di mana ini kok bisa, apa alasannya, mana dokumentasinya?” ungkapnya dalam Konferensi Pers ESDM di Ditjen Ketenagalistrikan, Jakarta Selatan, Kamis (18/1).
Target tersebut diatur dalam pasal 9 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional yang diteken SBY.
“Yang ada di sini (pejabat Ditjen Ketenagalistrikan serta Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi) bisa menjawab? Kayaknya gak ada ya, tahu-tahu nongol itu PP 79 (2014) yang menyatakan 23 persen,” sambung Jisman.
Jisman mengaku target bauran dengan patokan persentase membuat capaiannya terus turun jika ada pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru. Pada akhirnya, Kementerian ESDM perlu terus mengejar target keseimbangan.
Ia mencontohkan jika ada PLT EBT raksasa sebesar 1 gigawatt (GW), tetapi di sisi lain sudah ada PLTU dengan kapasitas sekitar 4 GW. Kondisi tersebut dianggap terus menggerus capaian bauran EBT di Indonesia.
Meski mengaku bingung dengan target bauran EBT yang ditetapkan di zaman SBY itu, Jisman menegaskan Kementerian ESDM sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk mencapainya. Salah satunya adalah co-firing alias teknik substitusi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dengan bahan biomassa.
“Kalau 1 GW yang sudah commercial operation date (COD) PLTU, supaya setara kembali ke angka semula (bauran EBT), itu kan minimum 4 kali lipat dari ini. Kan 23 persen nih dari fosil, itu kan angkanya,” jelas Jisman.
“Kalau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan bio itu kan hanya 4 jam-5 jam (asumsi jam efektif operasional PLTS), hitungan kita 4 kali lipat. Artinya, COD 1 GW PLTU, untuk kembali setara sama kita harus bangun 4 GW PLTS atau bio. Itu bisa dibayangkan,” tandasnya.
Jisman melaporkan proyeksi bauran EBT di 2023 mencapai 13,1 persen. Sedangkan tahun ini, Kementerian ESDM menargetkan angka 19,5 persen.
Terpisah, Dewan Energi Nasional (DEN) sedang mengejar revisi target bauran EBT 23 persen tersebut. Target itu akan ditekan ke level 17 persen-19 persen.
Revisi itu akan dikeluarkan lewat pembaharuan Kebijakan Energi Nasional (KEN). Menurut mereka, perlu penyesuaian dengan perubahan lingkungan strategis yang selaras dengan komitmen perubahan iklim.
“Targetnya, 2023 dulu 23 persen. Dalam pembaharuan KEN, nanti kalau diketok, diteken presiden, maka berubah menjadi 17 persen-19 persen,” kata Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak, dikutip dari Antara.
Revisi PP KEN juga dilakukan dengan mempertimbangkan makro ekonomi. Pasalnya, target 23 persen bauran EBT dulu ditetapkan berdasarkan pertumbuhan ekonomi 7 persen hingga 8 persen, di mana tidak relevan dengan kondisi sekarang.
Proses revisi PP KEN saat ini diklaim sudah masuk dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.
(skt/sfr)
Recent Comments