Harga Minyak Dunia Turun Meski Pasar Waspadai Timur Tengah dan Stok AS
Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak mentah dunia turun pada perdagangan Jumat (11/10). Meski harga minyak melandai, investor mempertimbangkan dampak Badai Milton di Amerika Serikat (AS) yang bakal mempengaruhi permintaan.
Selain itu, pasar juga tetap mewaspadai gangguan pasokan yang luas jika Israel balas menyerang Iran dan menyasar sumur minyak.
Harga minyak mentah Brent turun 39 sen atau 0,5 persen menjadi US$79,01 per barel. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS (WTI AS) turun 32 sen atau 0,4 persen menjadi US$75,53 per barel.
Di AS, Badai Milton menerjang Samudra Atlantik pada Kamis lalu. Akibatnya, 10 orang dan tewas dan jutaan orang kehilangan akses listrik.
Kerusakan akibat bencana tersebut dapat mengurangi konsumsi bahan bakar di beberapa wilayah, padahal AS merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.
“Investor sedang mengevaluasi bagaimana kerusakan akibat badai dapat memengaruhi ekonomi AS dan permintaan bahan bakar,” kata Presiden NS Trading Hiroyuki Kikukawa dikutip Reuters.
“Harga minyak kemungkinan akan berkisar di sekitar level rata-rata 200 hari saat ini, dengan perhatian utama adalah apakah Israel akan membalas fasilitas minyak Iran,” imbuhnya.
Rata-rata 200 hari untuk acuan Brent adalah US$81,68 per barel, sedangkan untuk WTI AS adalah US$77,36 per barel.
Harga acuan minyak mentah melonjak usai Iran menembakkan 180 rudal ke Israel pada 1 Oktober lalu.
Pasar was-was Israel akan balik menyerang. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pernah mengatakan setiap serangan terhadap Iran akan mematikan, tepat dan mengejutkan.
Di Lebanon, Israel menjalankan agresi darat di pusat kota Beirut pada Kamis malam lalu. Aksi keji ini menewaskan 22 orang dan melukai sedikitnya 117 orang.
Sementara itu, negara-negara Teluk melobi Washington untuk menghentikan Israel menyerang lokasi minyak Iran, karena khawatir fasilitas minyak mereka sendiri dapat diserang oleh proksi Teheran jika konflik meningkat, tiga sumber Teluk mengatakan kepada Reuters.
Di sisi pasokan, Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya mengatakan pada Kamis bahwa mereka telah memulihkan produksi mendekati level sebelum krisis bank sentral negara itu, mencapai 1,22 juta barel per hari.
(pta)
Recent Comments