Melihat Ekonomi Papua Nugini, Tetangga RI yang Bikin China Sewot
Jakarta, CNN Indonesia —
Papua Nugini diprotes oleh China lantaran kerusuhan yang terjadi di negara tersebut. Kerusuhan tersebut telah menyasar pertokoan warga Tiongkok.
Kementerian Luar Negeri China menyatakan Kedutaan Besar di Port Moresby telah menyampaikan keluhan itu ke negara tetangga Indonesia tersebut.
Kerusuhan di Papua Nugini bermula setelah sekelompok tentara, polisi, dan sipir, melakukan pemogokan usai pemotongan gaji tanpa alasan.
Warga yang tak puas dengan pemerintah juga ikut dalam aksi tersebut. Sejumlah orang menyerbu toko-toko melalui jendela kaca yang dipecah dan menjarahnya.
Video juga memperlihatkan banyak kepulasan asap hitam usai gedung-gedung dan mobil terbakar.Polisi bahkan sampai meluncurkan tembakan untuk membubarkan kelompok penjarah.
Lantas seperti apa kondisi perekonomian Papua Nugini?
Mengutip Trading Economics, Papua Nugini memiliki produk domestik bruto (PDB) sebesar US$31,6 miliar. Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya sebesar US$26,11 miliar.
Sementara, utang pemerintah mencapai 41,6 persen dari PDB pada 2022. Jumlah tersebut turun dari tahun sebelumnya sebesar 51,6 persen dari PDB.
Melansir situs Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Papua Nugini tidak terlepas dari potensi sumber daya alam yang melimpah. Perekonomian negara tersebut didominasi oleh dua sektor besar.
Pertama, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mempekerjakan sebagian besar angkatan kerja. Kedua, sektor ekstraksi mineral dan energi yang menyumbang sebagian besar pendapatan ekspor dan PDB.
Sementara itu, Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi Papua Nugini tumbuh 2,6 persen di tahun ini di tengah berbagai tantangan.
Kesulitan dalam mengakses mata uang asing, gangguan pasokan listrik dan air, seringnya pembatalan penerbangan domestik, dan permasalahan di sektor perbankan menjadi beberapa tantangan yang dihadapi oleh perekonomian Papua Nugini.
Selain itu, ADB melaporkan kontribusi industri pertambangan terhadap pertumbuhan melemah akibat penurunan produksi emas.
Namun, ADB mencatat bahwa meskipun tantangan ekonomi masih ada, sektor-sektor seperti layanan terkait perjalanan internasional, komunikasi, dan real estate menunjukkan ketahanan.
Inisiatif belanja pemerintah dan peningkatan produksi gas alam cair juga berkontribusi terhadap prospek positif.
Laporan ADB mengatakan perekonomian PNG menghadapi potensi kenaikan yang signifikan terkait dengan pembukaan kembali Tambang Emas Porgera dan pengumuman keputusan investasi final untuk LNG Papua yang diharapkan terjadi pada awal tahun 2024.
Dimulainya proyek sumber daya ini kemungkinan akan merangsang kegiatan ekonomi, meningkatkan pendapatan pajak, dan membantu mengatasi kekurangan devisa Papua Nugini.
(fby/pta)
Recent Comments