Morowali dan Bara di Jantung Sulawesi
Cahaya mentari menembus tanpa malu-malu ke jendela pesawat yang membawa kami melintas langit Morowali, siang pertengahan Januari lalu. Saat itu pukul 11.20 WITA.
Dari udara, tampak kapal-kapal tongkang bertebaran di tepi Laut Bahodopi. Ada yang mengangkut nikel. Ada pula batu bara. Asap pun mengepul dari cerobong pembangkit listrik. Dari langit Morowali, saya melihat mesin-mesin di kawasan raksasa itu bekerja tanpa henti.
Namun sebulan lalu, cerita soal Morowali bukan hanya soal bisnis nikel yang menggelora, tapi juga soal ledakan di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Peristiwa tersebut terjadi di pabrik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) saat sejumlah pekerja melakukan perbaikan tungku. Diduga, ada cairan yang memicu ledakan ketika perawatan tengah berlangsung. Masalahnya, banyak tabung oksigen yang berjejer di dekatnya.
“Ledakan pertama memicu tabung oksigen ikut meledak,” kata Dedy Kurniawan, Kepala Hubungan Media IMIP.
Kejadian itu menewaskan 21 orang, yang terdiri dari 13 tenaga kerja lokal dan 8 tenaga kerja asing (TKA) asal China. Data terakhir menyebutkan sedikitnya 38 orang turut terluka. Hingga kini, polisi masih menyidik, tapi belum ada status hukum apa pun terhadap orang-orang yang diduga terlibat.
“Kami kooperatif, patuh hukum,” kata Managing Director IMIP Hamid Mina di Morowali. “Kami meningkatkan upaya ekstra lagi demi keselamatan pekerja.”
Saya bertemu Hamid dalam acara undangan ke Morowali pertengahan Januari ini. Usianya mungkin di atas 55 tahun. Kesan saya, ia senang cerita blak-blakan. Dari cara berpakaian juga terlihat sederhana. Namun sebenarnya, dia adalah salah satu penggenggam saham IMIP melalui Bintang Delapan Group.
Dia sempat bercerita dengan gaya pakaiannya hari ini banyak orang tak mengenalinya, dan ini jadi kemewahan tersendiri.
Kapasitas produksi berskala mega
Kementerian ESDM mengungkapkan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yang mencapai 72 juta ton Ni atau sekitar 50 persen dari cadangan dunia, 139 juta ton Ni. Cadangan raksasa lainnya disusul oleh Australia sekitar 20 juta ton Ni; Brazil 11 juta ton Ni; dan Rusia sekitar 7 juta ton Ni.
Nikel dari RI juga diekspor ke pelbagai negara yakni China, Jepang, Norwegia, Korea Selatan hingga Taiwan.
Dari kawasan IMIP sejumlah komoditas yang dihasilkan pun berkapasitas mega, di antaranya nickel pig iron (4,47 juta metrik ton per tahun); stainles steel slab (4 juta metrik ton per tahun); stainless HRC (7 juta metrik ton per tahun); serta nickel matte (115 ribu metrik ton per tahun). Sementara ITSS merupakan salah satu produsen stainless steel slab di kompleks industri tersebut.
Ketika saya datang ke kawasan itu pekan lalu, pabrik ITSS tak lagi beroperasi.
Ada dinding bangunan yang sebagian menghitam hangus akibat sisa ledakan. Garis polisi mengelilingi gedung perusahaan itu. Pagar pabrik pun ditutup rapat. Hanya truk-truk pengangkut material yang lalu-lalang di depannya.
Saya dan 13 wartawan lainnya datang ke kawasan IMIP untuk mengetahui bagaimana standar keselamatan pabrik dan para pekerja. Ada 54 perusahaan telah beroperasi baik untuk produksi, maupun pabrik yang masih berupa konstruksi.
Di dalam kawasan, sedikitnya ada dua bahasa yang digunakan yakni Bahasa Indonesia dan Mandarin. Sejumlah papan pengumuman maupun spanduk berisi standar keselamatan baik di luar maupun di dalam gedung, memakai dua bahasa tersebut.
“Area berbahaya. Bagi yang bukan karyawan dilarang masuk/melintas.”
“Kesadaran K3 adalah kunci kesuksesan kerja.”
Kawasan IMIP dibangun sejak 2013 dengan nota kesepahaman yang diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Xi Jinping.
Pada Mei 2015, Presiden Jokowi meresmikan smelter pertama nikel milik PT Sulawesi Mining Investment (SMI) di area tersebut. Empat tahun berselang, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan juga datang untuk acara peletakan batu pertama pabrik bahan baku baterai, bersama dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Kini, kawasan IMIP berkembang menjadi mega-area hingga mencapai 5.000 ha. Kawasan IMIP sendiri dimiliki oleh Tsingshan Nickel Group asal China dan perusahaan RI yakni Bintang Delapan Group.
Recent Comments