Survei Populix: Isu Korupsi Mendominasi Sorotan Gen Z dan Milenial dalam Pilpres 2024
TEMPO.CO, Jakarta – Isu korupsi dan pemberantasannya menjadi sorotan yang dominan di kalangan Generasi atau Gen Z dan Milenial Indonesia pada Pilpres 2024. Masalah lain yang disorot terkait dengan peningkatan kualitas hidup, lapangan kerja, dan peningkatan standar pendidikan.
Dari hasil studi layanan penyedia data Populix berjudul “Expectations of Young Voters in the 2024 Indonesian Presidential Election”, sebanyak 24 persen responden menganggap ekonomi dan pembangunan sebagai isu utama, diikuti oleh korupsi (19%) dan pendidikan (11%).
Sebanyak 83 persen responden berharap pemerintah dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja. “Sebanyak 72 persen responden memandang pentingnya transparansi dan akuntabilitas pemerintah, dengan harapan agar pemerintah dapat bersih dari korupsi,” kata Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix lewat keterangan tertulis, Rabu 24 Januari 2024.
Selain itu 65 persen responden menekankan pentingnya inovasi dan teknologi sebagai sarana untuk membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kualitas hidup.
Di sisi lain, 67 persen responden mengakui adanya potensi ancaman seperti pelanggaran privasi data dan penyebaran misinformasi. Sedangkan isu lingkungan yang dianggap mendesak untuk ditangani oleh Presiden menurut 82 persen responden adalah polusi udara, pengolahan limbah (78%), antisipasi banjir (64%), dan kerusakan serta kebakaran hutan (57%).
Studi juga mengungkap beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pemilih Gen Z dan Milenial dalam Pilpres 2024. Platform media sosial menjadi sumber informasi utama bagi sebagian besar masyarakat. Dalam ranah daring itu terjadi diskusi dinamis dan pertukaran wawasan politik.
Selain itu, keluarga, lingkungan sosial, kegiatan kampanye, dan komunitas juga turut memainkan peran penting dalam membentuk pandangan pemilih terhadap kandidat. “Namun, skeptisisme tetap muncul di kalangan kedua generasi dikarenakan narasi pemberitaan di media massa, observasi langsung, dan diskusi lokal termasuk dengan keluarga, kolega, dan teman,” kata Vivi.
Kesenjangan antara realita dan janji kampanye, kampanye yang dianggap tidak sehat, serta kurangnya transparansi informasi menjadi faktor utama yang memicu skeptisisme. Dampaknya, muncul partisipasi selektif dalam pemilu dan pertimbangan untuk golput.
Iklan
Selain perbedaan generasi, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pemilih antara lain status sosial-ekonomi, suku dan budaya, tingkat pendidikan, dan usia. Setiap faktor itu dinilai memiliki dampak unik dalam membentuk preferensi politik dan perilaku pemilih.
Menurut data Populix, pemilih Gen Z dan Milenial sebanyak 82 persen menilai kualitas kepemimpinan, visi dan kebijakan yang jelas (76%), kecerdasan (76%), kemampuan memecahkan masalah (72%), dan integritas (69%).
Kualitas kepemimpinan, kecerdasan, serta visi dan kebijakan yang jelas sangat diutamakan oleh kalangan menengah dalam memilih seorang presiden. “Di sisi lain, masyarakat Chinese-Indo dan non-Muslim mencari presiden yang dapat diandalkan, tanpa memandang agama atau ras,” ujar Vivi.
Studi dilakukan pada 31 Agustus hingga 12 September 2023 melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Mereka membuat 16 acara diskusi grup kecil secara daring bersama Gen Z dan Milenial di kota kecil dan besar di Indonesia.
Kemudian survei daring melalui aplikasi Populix terhadap total 1.000 orang responden lelaki dan perempuan berusia 17-39 tahun di Indonesia dengan durasi pengerjaan survei sekitar 15 menit. Merujuk data rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2024, pemilih dari Generasi Z alias Gen Z yang berusia antara 17-30 tahun serta kalangan Milenial berumur 31-40 tahun mendominasi pada Pemilu 2024. Jumlahnya 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih.
Pilihan Editor: Sudirman Said Khawatir Ucapan Jokowi Kacaukan Tata Kelola Pemerintahan
Recent Comments