Yayasan Laporkan Penembakan Warga Sipil di Distrik Tangma Papua ke Pemerintah Pusat
TEMPO.CO, Jakarta – Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) mengirimkan hasil temuannya ihwal kejadian kontak tembak antara TNI dan Organisasi Papua Merdeka atau OPM ke pemerintah. Peristiwa yang menewaskan seorang warga sipil itu terjadi di Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan pada Ahad, 15 Juni lalu.
“Kami melaporkan kepada pemerintah Indonesia, Komnas HAM, termasuk ke PBB dan masyarakat internasional,” kata Direktur YKKMP Theo Hesegem dalam keterangan tertulisnya pada Jumat, 20 Juni 2025.
Dia mengatakan timnya melakukan pemantauan langsung ke lokasi penembakan di Distrik Tangma. Di tempat kejadian perkara, Theo mengungkapkan menemukan selongsong peluru diduga milik aparat TNI dan kelompok OPM.
YKKMP kembali menemukan empat proyektil peluru di tempat prajurit militer melakukan penembakan. Dia berujar, selongsong dan proyektil peluru itu akan dijadikan sebagai barang bukti adanya kontak tembak antara TNI dan OPM.
Sehari setelah peristiwa penembakan, YKKMP juga melakukan kunjungan ke daerah pengungsian warga sipil di Gereja Halihalo. Theo mengatakan, timnya menerima informasi dari salah seorang pengungsi ihwal prajurit militer yang melakukan penembakan ke area pengungsian tersebut.
“Anggota TNI sedang berada di Gunung Onggolo, tembakan itu mengarah di mana masyarakat berada,” ucapnya.
Masyarakat Tangma, ujar Theo, melakukan penanaman kayu terhadap jatuhnya peluru di area pengungsian tersebut. Dia berujar, hal itu dilakukan untuk menandakan adanya penembakan ke area pengungsian warga sipil.
Dalam keterangan kronologi yang dirilis Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM, seorang warga sipil menjadi korban tewas diduga terkena tembakan aparat militer.
“Warga sipil atas nama Mesak Asipalek berumur 54 tahun tewas ditembak militer di bagian kepala,” kata Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 17 Juni 2025.
Menurut Sebby, korban sipil itu tewas ditembak saat hendak keluar dari kediamannya di Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo. Dia mengatakan, korban tewas dari sipil itu dituduh aparat militer sebagai bagian dari OPM.
Sebby meminta kepada aparat keamanan yang beroperasi di Papua untuk tidak membunuh warga sipil. “TNI dan Polri dikirim (ke Papua) untuk melawan TPNPB-OPM,” ucapnya.
Selain warga sipil, Sebby berujar bahwa salah satu milisi OPM dinyatakan tewas dalam kontak tembak tersebut. Kombatan kelompok separatis di Papua yang tewas ini adalah Prek Serera.
“Dia adalah prajurit aktif yang ikut berperang bersama pasukan TPNPB sejak 2016 dari Nduga hingga Yahukimo,” kata Sebby. Jabatan terakhir Prek Serera di TPNPB-OPM sebagai Komandan Kompi Markas A Batalion Wesem di Kodap III Ndugama-Derakma.
Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan atau Kapuspen TNI Mayor Jenderal Kristomei Sianturi membantah tudingan yang menyebut TNI menembak mati seorang warga sipil di Distrik Tangma, Yahukimo. Menurut dia, penembakan pasukan militer dilakukan kepada dua milisi OPM dari kelompok Egianus Kogoya.
“Operasi penindakan dilakukan secara terencana, terukur, dan proporsional,” kata Kristomei dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 17 Juni 2025.
Dia mengatakan, aparat militer mendapat informasi dari masyarakat ihwal keberadaan sejumlah anggota OPM di salah satu rumah di Kampung Ligima. Peristiwa baku tembak terjadi antara TNI dan OPM di Kampung Aleleng.
“Peristiwa ini mengakibatkan dua anggota OPM tewas di tempat dan tidak ada korban jiwa maupun luka di pihak kami,” ucapnya.
Dalam operasi penindakan itu, ujarnya, ditemukan satu pucuk pistol Revolver, satu pucuk pistol rakitan, lima butir amunisi, telepon genggam, hingga teleskop optik. Dia berujar, operasi penindakan terhadap OPM ini komitmen instansi pertahanan negara untuk melindungi masyarakat dari ancaman dan teror kelompok bersenjata.
Pilihan Editor: Bagaimana Anak-anak Papua Bisa Menjadi Milisi OPM
Recent Comments